Kamis, 09 Desember 2010

Historis Nahdlatul Wathan


        “Wariskanlah NW mu kepada anak cucumu dimana saja kamu berada dan kembangkanlah Ia” adalah Wasiat Maulana Syaikh Yang harus di pegang oleh semua Abituren Nahdlatul wathan agar senantiasa mengembangkan NW dengan ikhlas hati sesuai dengan kemampuan yang di miliki. Hal inilah yang menggugah hati kami untuk menyebarkan nama harum NW yang didirikan oleh Ulama’ Terkemuka Dunia khususnya Lombok Indonesia TGKH.M.Zainuddin Abdul Madjid. Agar kita semua tahu dan bisa meneladani dan mengikuti jejak langkah beliau untuk memperjuangkan islam ahlussunnah wal-jamaah lewat Nahdlatul Wathan.
              Silsilah pendiri NW ini Kami Kutip dari www.nahdlatulwathan.com yaitu website resmi yang dimiliki nahdlatulwathan yang di prakarsai oleh Ummuna DR.HJ. SITI RAIHANUN ZAINUDDIN ABDUL MADJID PBNW Hasil Muktamar 11 di Anjani Lombok Timur.  Jadi, website nahdlatulwathan.wordpress.com adalah bukan website resmi NW, tapi hanya sebagai pengembang dari seorang Abituren NW.
Berikut Silsilah Pendiri NW berdasarkan Kutipan dari www.nahdlatulwathan.com
1. KELAHIRAN DAN KELUARGANYA
Al Mukarram Maulana Syaikh Tuan Guru Kiai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dilahirkan di kampung Bermi Pancor Lombok Timur Nusa Tenggar Barat pada tanggal 17 Rabiul Awal 1316 H. (1898 M) dari perkawinan Tuan Guru Haji Abdul Madjid dengan Hajjah Halimtus Sa’diyah. Nama kecil beliau Muahammad Saggaf, nama ini dilatarbelakangi oleh suatu peristiwa yang sangat menarik untuk dicermati yakni 3 (tiga) hari sebelum beliau dilahirkan. TGH. Abdul Madjid didatangi orang waliyullah masing-masing dari Hadramaut dan Magrabi. Kedua waliyullah itu secara kebetulan mempunyai nama yang sama, yakni “Saqqaf”. Kedua waliyullah itu berpesan kepada TGH. Abdul Madjid supaya anaknya yang akan lahir itu diberi nama “Saqqaf” Saqqaf artinya “tukang memperbaiki atap”, Kata “Saqqaf” di Indonesiakan menjadi “Saggaf” dan untuk dialek Bahasa Sasak menjadi “Segep”. Itulah sebabnya beliau sering dipanggil dengan “Gep” oleh Ibunda Hajjah Halimatus Sa’diyah.
Setelah  menunaikan ibadah haji, nama kecil  tersebut diganti dengan “Haji Muhammad Zainuddin”. Nama ini pun diberikan oleh ayah beliau sendiri yang diambil dari nama seorang ulama besar yang mengajar di Masjidil Haram. Akhlak dan kepribadian ulama besar itu sangat menarik hati sang ayah. Nama ulama besar itu Syaikh Muhammad Zainuddin Serawak.
Maulana Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid  adalah anak bungsu. Kakak kandung beliau lima orang, yakni Siti Syarbini, Siti Cilah, Hajjah Saudah, Haji Muhammad Sabur dan Hajjah Masyitah.
Ayahandanya TGH. Abdul Madjid terkenal dengan penggilan “Guru Mu’minah” adalah seorang muballigh dan terkenal pemberani. Beliau pernah memimpin pertempuran melawan kaum penjajah, sedangkan ibundanya Hajjah Halimatus Sa’diyah terkenal sangat salehah.
Sejak kecil Al-mukarram Maulana Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid terkenal sangat jujur dan cerdas. Karena itu tidaklah mengherankan bila ayah-bundanya memberikan perhatian istimewa dan menumpahkan kasih sayang begitu besar kepada beliau. Ketika melawat ke Tanah Suci Makkah untuk melanjutkan studi, ayah Bundanya ikut mengantar ke Tanah Suci. Ayahandanyalah yang mencarikan guru tempat beliau belajar pertama kali di Masjidil Haram dan sempat menemani beliau di Tanah Suci sampai dua kali musim haji. Sedangkan ibundanya Hajjah Halimatus Sa’diyah ikut bermukim di Tanah Suci mendampingi dan mengasuh beliau  sampai ibundanya tercintanya itu berpulang ke rahmatullah tiga setengah tahun kemudian dan dimakamkan di Mu’alla Makkah.
Dengan demikian tampaklah betapa besar perhatian ayah-bundanya terhadap pendidikan beliau. Hal ini juga tercermin dari sikap ibundanya bahwa setiap kali beliau berangkat untuk menuntut ilmu, ibundanya selalu mendo’akan dengan ucapan “Mudah mudahan engkau mendapat ilmu yang barakah” sambil berjabat tangan serta terus memperhatikan kepergian beliau sampai tidak terlihat lagi oleh pandangan mata. Pernah suatu ketika, beliau lupa pamit pada ibundanya. Beliau sudah jauh berjalan sampai ke pintu gerbang baru sang ibu melihatnya. Sang ibu memanggil beliau untuk kembali Beliau pun kembali. Lalu sang ibu mendoakan kemudian beliau berangkat. Hal ini merupakan suatu pertanda bahwa betapa besar kesadaran ibundanya akan penting dan mustajabnya do’a ibu untuk sang anak sebagaimana ditegaskan dalam hadits Rasullah SAW, bahwa do’a ibu menduduki rangking kedua setelah doa Rasul. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa belia

Rabu, 08 Desember 2010

POTERT SYAIKH ZAINUDDIN AM LOMBOK II


“Wariskanlah NW mu kepada anak cucumu dimana saja kamu berada dan kembangkanlah Ia” adalah Wasiat Maulana Syaikh Yang harus di pegang oleh semua Abituren Nahdlatul wathan agar senantiasa mengembangkan NW dengan ikhlas hati sesuai dengan kemampuan yang di miliki. Hal inilah yang menggugah hati kami untuk menyebarkan nama harum NW yang didirikan oleh Ulama’ Terkemuka Dunia khususnya Lombok Indonesia TGKH.M.Zainuddin Abdul Madjid. Agar kita semua tahu dan bisa meneladani dan mengikuti jejak langkah beliau untuk memperjuangkan islam ahlussunnah wal-jamaah lewat Nahdlatul Wathan. 
A.     Kelahiran dan Keluarganya
Al Mukarram Maulana Syaikh Tuan Guru Kiai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dilahirkan di kampung Bermi Pancor Lombok Timur Nusa Tenggar Barat pada tanggal 17 Rabiul Awal 1316 H. (1898 M) dari perkawinan Tuan Guru Haji Abdul Madjid dengan Hajjah Halimtus Sa’diyah. Nama kecil beliau Muahammad Saggaf, nama ini dilatarbelakangi oleh suatu peristiwa yang sangat menarik untuk dicermati yakni 3 (tiga) hari sebelum beliau dilahirkan. TGH. Abdul Madjid didatangi orang waliyullah masing-masing dari Hadramaut dan Magrabi. Kedua waliyullah itu secara kebetulan mempunyai nama yang sama, yakni “Saqqaf”. Kedua waliyullah itu berpesan kepada TGH. Abdul Madjid supaya anaknya yang akan lahir itu diberi nama “Saqqaf” Saqqaf artinya “tukang memperbaiki atap”, Kata “Saqqaf” di Indonesiakan menjadi “Saggaf” dan untuk dialek Bahasa Sasak menjadi “Segep”. Itulah sebabnya beliau sering dipanggil dengan “Gep” oleh Ibunda Hajjah Halimatus Sa’diyah.

                Setelah  menunaikan ibadah haji, nama kecil  tersebut diganti dengan “Haji Muhammad Zainuddin”. Nama ini pun diberikan oleh ayah beliau sendiri yang diambil dari nama seorang ulama besar yang mengajar di Masjidil Haram. Akhlak dan kepribadian ulama besar itu sangat menarik hati sang ayah. Nama ulama besar itu Syaikh Muhammad Zainuddin Serawak.

Maulana Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid  adalah anak bungsu. Kakak kandung beliau lima orang, yakni Siti Syarbini, Siti Cilah, Hajjah Saudah, Haji Muhammad Sabur dan Hajjah Masyitah.
Ayahandanya TGH. Abdul Madjid terkenal dengan penggilan “Guru Mu’minah” adalah seorang muballigh dan terkenal pemberani. Beliau pernah memimpin pertempuran melawan kaum penjajah, sedangkan ibundanya Hajjah Halimatus Sa’diyah terkenal sangat salehah.
Sejak kecil Al-mukarram Maulana Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid terkenal sangat jujur dan cerdas. Karena itu tidaklah mengherankan bila ayah-bundanya memberikan perhatian istimewa dan menumpahkan kasih sayang begitu besar kepada beliau. Ketika melawat ke Tanah Suci Makkah untuk melanjutkan studi, ayah Bundanya ikut mengantar ke Tanah Suci. Ayahandanyalah yang mencarikan guru tempat beliau belajar pertama kali di Masjidil Haram dan sempat menemani beliau di Tanah Suci sampai dua kali musim haji. Sedangkan ibundanya Hajjah Halimatus Sa’diyah ikut bermukim di Tanah Suci mendampingi dan mengasuh beliau  sampai ibundanya tercintanya itu berpulang ke rahmatullah tiga setengah tahun kemudian dan dimakamkan di Mu’alla Makkah.
                Dengan demikian tampaklah betapa besar perhatian ayah-bundanya terhadap pendidikan beliau. Hal ini juga tercermin dari sikap ibundanya bahwa setiap kali beliau berangkat untuk menuntut ilmu, ibundanya selalu mendo’akan dengan ucapan “Mudah mudahan engkau mendapat ilmu yang barakah” sambil berjabat tangan serta terus memperhatikan kepergian beliau sampai tidak terlihat lagi oleh pandangan mata. Pernah suatu ketika, beliau lupa pamit pada ibundanya. Beliau sudah jauh berjalan sampai ke pintu gerbang baru sang ibu melihatnya. Sang ibu memanggil beliau untuk kembali Beliau pun kembali. Lalu sang ibu mendoakan kemudian beliau berangkat. Hal ini merupakan suatu pertanda bahwa betapa besar kesadaran ibundanya akan penting dan mustajabnya do’a ibu untuk sang anak sebagaimana ditegaskan dalam hadits Rasullah SAW, bahwa do’a ibu menduduki rangking kedua setelah doa Rasul. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa beliau
B.     Pujiannya
Tentang kerajinan, ketekunan, kecerdasan dan keberhasilan perjuangan Al Mukarram Maulanasysyaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid mendapat pujian, sanjungan, dan komentar dari para maha guru beliau, teman seangkatan beliau, dan Ulama'-Ulama' besar lainnya serta pejabat pemerintah dan tokoh-tokoh masyarakat, diantaranya adalah sebagai berikut :
Syaikh Zakari Abdul Bila, Ulama Besar Kota Suci Makkah teman seangkatan beliau mengatakan, "Saya teman seangkatan Syaikh Zainuddin. Saya bergaul dekat dengannya beberapa tahun. Saya sangat kagum kepadanya. Dia sangat cerdas, akhlaknya mulia
Dia sangat tekun belajar, sampai sampai jam istirahatpun diisinya dengan menekuni kitab-kitab dan berdiskusi dengan kawan-kawan. Syaikh Zainuddin adalah saudaraku, karibku, kawan sekelasku. Saya belum pernah mampu mengunggulinya dan saya tidak pernah menang dalam berprestasi di kala dia dan saya bersama-sama dalam satu kelas di Madrasah Shaulatiyah Makkah. Saya sungguh menyadari akan hal itu. Syaikh Zainuddin adalah manusia ajaib dikelasku karena kegeniusannya yang sangat tinggi. Syaikh Zainuddin adalah ulama' mujahid. Dia berjuang untuk kejayaan agama, nusa dan bangsanya. saya tahu telah beberapa banyak otak manusia yang diukirnya, telah berapa banyak kader-kader penerus agama, nusa dan bangsa yang dihasilkannya. Saya tahu dia mukhlis (orang ikhlas) dalam berjuang menegakkan iman dan taqwa di negerinya, rela berkorban, cita-citanya luhur. Kelebihannya selain yang disebutkan bahwa dia selalu mendapatkan do'a dari Ulama'-Ulama' besar di Tanah Suci Makkah Al Mukarramah, utamanya Maulana Syaikh Hasan Muhammad Al Masysyath.
Pujian Syaikh Zakaria Abdullah Bila tersebut dikuatkan lagi oleh maha guru yang paling dicintai dan paling banyak mendo'akan dan memberikan inspirasi dalam perjuangan beliau, yaitu Maulanasysyaikh Hasan Muhammad Al Masysyath dengan ucapan "Saya tidak akan berdoa kehadirat Allah SWT. kecuali kalau Zainuddin itu sudah nampak jelas bersamaku". Beliau juga mengatakan bahwa beliau menyayangi setiap orang yang sayang kepada Syaikh Zainuddin dan tidak menyayangi setiap orang yang tidak sayang kepada beliau. Selanjutnya beliau menegaskan bahwa Syaikh Zainuddin adalah ayatun min ayatillah (satu tanda kebesaran Allah SWT).Mahaguru beliau Al Allamah Asy Syaikh Salim Rahmatullah Mudir (direktur) Madrasah Shaulatiyah menegaskan "Madrasah Shaulatiyah tidak perlu memiliki murid banyak, cukup satu orang saja, asalkan memiliki prestasi dan kualitas seperti Zainuddin". Al Allamah Al Adib Asy Syaikh As Sayyid Muhammad Amin Al Kutbi juga maha guru beliau memberikan pujian dalam syair berbahasa arab, yaitu :


   Artinya :

    Demi Allah saya kagum pada Zainuddin

    Kagum pda kelebihannya atas orang lain

    Pada kebesarannya yang tinggi

    Dan kecerdasannya yang tiada tertandingi

    Jasanya bersih ibarat sebuah permata

    Menunjukkan kebersihan ayah bundanya

    Karya-karya tulisnya indah lagi menawan

    Penaka bunga-bungaan

    Yang tumbuh teratur dilereng pegunungan


    Dilapangan ilmu ia dirikan Ma'had

    Tetap dibanjiri thullab dan thalibat

    Menuntut ilmu mengkaji kitab

    Ia kobarkan semangat generasi muda

    Menggapai mustawa dengan karyanya

    Mi'rajushshibyan ila sama''i 'ilmilbayan


    Semogalah Allah memanjangkan usianya

    Dan dengan perantaraannya

     ia memajukan ilmu pengetahuan

    di Ampenan bumi Selaparang

    Terkirimlah salam penghormatn

    Harum semerbk bagaikan kasturi

    Dari Tanah Suci Manuju 'Rinjani"
Syaikh Ismail Zain Al Yamani Al Makki, seorang ulama' besar Kota Suci Makkah Al Mukarramah sangat kagum kepada Syaikh Zainuddin, kagum kepada ketinggian ilmu dan keberhasilan perjuangan beliau.  Dengan penuh keikhlasan ulama' besar Kota Suci itu mengatakan bahwa beliau menyayangi siapa saja yang disayangi Syaikh Zainuddin dan tidak menyayangi siapa saja yng tidak disayangi beliau.
Fadlilatul 'Allamah Prof. Dr. Sayyid Muhammad 'Alawi 'Abbas  Al Maliki Al Makki, seorang ulama' besar Kota Suci Makkah pernah mengatakan bahwa tidak ada seorangpun ahli ilmu di kota Suci Makkah Al Mukarramah baik thullab maupun ulama' yang tidak kenal akan kehebatan dan ketinggian ilmu Syaikh Zainuddin. Syaikh Zainuddin adalah ulama' besar bukan hanya milik ummat Islam Indonesia tetapi juga milik ummat Islam sedunia.
Prof. Dr. Abdul Wahhab Ibrahim Abu Sulaiman Guru Besar universitas Ummul Quro Makkah menegaskan bahwa Maulana Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid adalah ulama' yang ahli dalam semua bidang ilmu keislaman serta memiliki kelebihan atas Ulama'-Ulama' lainnya dan beliu adalah sisa ulama' salaf yang saleh (Baqiyyatussa-lafishshalih).
                H. Alamsyah Ratu Perwiranegara dalam kapasitas sebagai Menteri Agama RI mengatakan bahwa andaikata bukan karena usaha NWDI, wajah masyarakat Lombok tidak seperti yang kita lihat sekarang ini, tetapi masih hidup dalam nilai-nilai jahiliyah.
Dr. H. Haryono Suyono Kepala BKKBN Pusat / Menteri Negara Kependudukan menegaskan bahwa NW bukan saja singkatan dari Nahdlatul Wathan tetapi juga singkatan dari "Nomor Wahid" karena kepeloporan an keberhasilannya dalam meningkatkan kesejahteraan mummat dan menyukseskan Gerakan KB Nasional.
Sesudah berita kewafatan Al Mukarram maulana Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid tersiar, mengalirlah pujian dan komentar dari berbagai kalangan, antara lain :
Drs. H. Warsito, SH. Gubernur Nusa Tenggara Barat merasa kehilangan yang cukup mendalam dengan wafatnya Al Mukarram Maulanasysyaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid yang memiliki kharisma yang cukup tinggi di mata masyarakat,  "Kami dan umat Islam tidak saja di NTB juga di luar daerah bahkan mungkin umat Islam di luar negeri sungguh merasa kehilangan".
H. M. Sadir, SIP Bupati Lombok Timur mengatakan bahwa kepergian Al Mukarram Maulanasysyaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid mengundang rasa iba dan kehilangan tidak saja dirasakan oleh Islam di NTB juga diluar daerah bahkan mungkin di luar negara. Sebab beliau termasuk ulama' yang sangat tersohor hingga ke negeri Arab dimana beliau pernah menimba ilmu agama.
Bupati Lombok Barat Drs. H. L. Mujitahid mengatakan bahwa dia beserta seluruh warga Lombok Barat betul-betul sangat merasa kehilangan tokoh kharismtik yang selama ini sangat dihormati oleh umat Islam di NTB dan luar daerah. Saya sangat terkesan dengan kepemimpinan Al Mukarram Maulanasysyaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid yang begitu besar, Al Mukarram Maulanasysyaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid merupakan sosok orang tua sekaligus. Tuan Guru yang pertama kali menyelenggarakan pendidikan formal di NTB seperti sekarang memang sudah ada Tuan Guru-Tuan Guru sebelum Al Mukarram Maulanasysyaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid tetapi sistem pendidikan yang diselenggarakan masih dengan pola pengajian duduk (halaqah). Al Mukarram Maulanasysyaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid selama memimpin, tidak pernah mengenal lelah dalam berdakwah untuk menyebarkan kebenaran, hingga akhir hayatnya. Beliau tidak pernah istirahat sekalipun di atas tempat pembaringan. Beliau merupakan sosok pemimpin yang sungguh luar biasa. Mungkin tidak banyak pemimpin seperti itu dalam memimpin ummat. Patriotisme (semangat kebangsaan) yang beliau tanamkan sangat tinggi. Termasuk dalam bidang pembangunan. Beliau memimpin sejak tahun 1930 an di mana pada saat itu fasilitasnya betul-betul serba minus dan nol hingga bisa berkembang seperti sekarang ini. Ini betul-betul perjuangan yang luar biasa yng telah dilakukan beliau.
H. Abul Kadir – Ketua DPRD Tk I Nusa Tenggara Barat mengatakan bahwa kali pertama dia bertemu dengan Al mukarram Maulanasysyaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid pada tanggal 30 Mei 1983 (waktu itu jadi Dandim Lotim). Saat itu beliau berpesan, bahwa sebagaimana orang beragama harus pndai-pandai memegang amanah dengan teguh dan mampu mempertanggung jawabkannya kepada Tuhan, kepada masyarkat dan kepada alam (lingkungan). Dalam kaitan itu setiap pemimpin harus berpegang kepada empat sifat Rasul yakni shiddiq, amanah, tabligh, dan fathanah, seorang pemimpin jangan memanfaatkan jabatan untuk kepentingan pribadi. Jika ada pejabat demikian berarti telah menghianati amanah yang  diberikan. Ada beberapa fatwa beliau yang telah terngiang di telinga ketua DPRD ini. Fatwa dimaksud yakni sebagai seorang muslim harus selalu memiliki iman yang teguh dalam menghadapi masalah. Disamping itu, dalam menghadapi fitnah seorang pemimpin harus diam seraya memohon hidayah dari Allah SWT.
KH. Ahmad Usman – Ketua MUI Nusa Tenggara Barat menegaskan bahwa sosok Al Mukarram Maulanasysyaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dalam mendakwahkan Islam tidak akan pernah dapat terlupakan. Kalau tidak ada NW di Lombok ini mungkin sebagian besar umat tetap menganut "Waktu Telu" keistimewaaan yang diberikan Allah SWT kepada Al Mukarram Maulanasysyaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, yakni berupa umur panjang dan umur dimaksud dipergunakan untuk berdakwah dan melakukan kebaikan. Yang tidak dapat dilupakan juga adalah peran Al Mukarram Maulanasysyaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dalam mendirikan dan membangun madrasah dan perguruan untuk kepentingan ummat. Bahkan banyak murid beliau kini telah menyebar di berbagai propinsi, inilah amal beliau dalam mendakwah Islam termasuk wakaf bangunan.
H.M. Tubat – Kakanwil Departemen Agama Propinsi Nusa Tenggara Barat mengatakan bahwa Al Mukkaram Maulanasysyaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid adalah tuan guru yang kharismanya luar biasa. Dia aktif mendirikan madrasah dan memberikan dakwah. Melihat kegigihan tuan guru dalam menyiarkan Islam sepertinya sulit mencari pengganti yang menyamainya.
Masih banyak lagi komentar dari berbagai kalangan. Namun kita yakin bahwa setiap orang yang mempunyai gairah keagamaan sudah pasti merasa kehilangan atas kepergian Al Mukarram Maulanasysyaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, tapi apa daya semua itu sudah merupakan ketentuan Allah SWT. Kita berharap mudah-mudahan semua pengikut dan murid-murid beliau diberikan kekuatan oleh Allah SWT untuk melanjutkan perjuangan  beliau, amin ya mujibbassa'ilin
Demikian sekelumit Riwayat hidup Al Mukarram Maulanasysyaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid pada edisi ini, Insya Allah riwayat hidup lengkap beliau akan dipublikasikan menyusul.

C.     Kepemimpinannya
Kesuksesan perjuangan seseorang tokoh atau pemimpin banyak ditentukan oleh pola kepemimpinannya. Kearifan seorang pemimpin dalam melaksanakan tugas kepemimpinannya akan menentukan keberhasilan perjuangannya.

Perjuangan dan kepemimpinan merupakan dua hal yang saling mengkait, karena perjuangan itu akan berhasil baik, apabila pola pendekatan yang dipergunakan dalam kepemimpinan itu baik. Di samping itu, kepemimpinan yang arif dan bijaksana akan menghasilkan keberhasilan perjuangan.
Maulanasysyaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dikenal sebagai ulama’ besar di Indonesia karena ilmu yang dimiliki sangat luas dan mendalam. Demikian juga charisma beliau sebagai sosok figure ulama demikian besar. Beliau adalah tokoh panutan yang sangat berpengaruh karena kearifan dan kebijaksanaannya. Perjuangan dan kepemimpinan beliau senantiasa diarahkan untuk kepentingan umat. Penghargaan dan penghormatan yang diberikan kepada seseorang yang telah berjasa kepadanya terutama kepada guru-guru beliau diwujudkan dalam bentuk yang dapat memberikan manfaat kepada umat.

                Sebagai contoh dapat dikemukakan bahwa penghargaaan beliau kepada mahaguru yang paling dicintai dan disayangi. Maulanasysyaikh Hasan Muhammad Al-Masysyath diwujudkan dalam bentuk Pondok Pesantren Hasaniyah NW di Jenggik Lombok Timur. Penghargaan kepada mahagurunya Maulanasysyaikh Sayyid Muhammad Amin Al-Kutbi diwujudkan dalam bentuk Pondok Pesantren Aminiyah NW di Bonjeruk Lombok Tengah, dan penghargaan kepada Mahagurunya Maulanasysyaikh Salim Rahmatullah beliau sudah merencanakan untuk mendirikan sebuah Pondok Pesantren di Lombok Timur. Pola kepemimpinan yang beliau contohkan di atas hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang memiliki wawasan ilmu yang dalam serta pemimpin yang memiliki kearifan dan kebijaksanaan.
Demikian pula tentang pendekatan yang beliau lakukan selalu bernilai paedagogik dalam arti mengandung nilai-nilai pendidikan. Beliau tidak mau bahkan tidak pernah bersikap sebagai pembesar yang disegani. Beliau selalu bertindak sebagai pengayom yang berada di tengah-tengah jama’ah dan senantiasa menempatkan diri sesuai dengan keberadaan dan kemampuan mereka. Demikian juga halnya di kala beliau memberikan fatwanya selalu disesuaikan dengan kondisi dan jangkauan alam pikiran murid dan santerinya.
Pembawaan dan sikap hidup beliau selalu menunjukkan kesederhanaan. Inilah yang membuat beliau selalu dekat dengan para warganya dan murid-muridnya dengan tidak mengurangi kewibawaan dan charisma yang beliau miliki. Keluhan yang disampaikan para warga dan muridnya ditampung, di dengar, dan dicarikan jalan penyelesaiannya dengan penuh kearifan dan kebijaksanaan dengan tidak merugikan salah satu pihak.
Untuk melanjutkan dan mengembangkan perjuangan Nahdlatul Wathan di masa datang, beliau sangat mendambakan munculnya kader-kader yang memiliki potensi dan militansi, serta loyalitas yang tinggi, baik dari segi semangat, wawasan, maupun bobot keilmuan. Dalam banyak kesempatan beliau sering menyampaikan keinginannya agar murid dan santri beliau memiliki ilmu pengetahuan sepuluh bahkan seratus kali lipat lebih tinggi daripada ilmu pengetahuan yang beliau miliki. Demikian motovasi yang selalu beliau kumandangkan supaya murid dan santri beliau lebih tekun dan berpacu dalam menuntut ilmu pengetahuan, baik di dalam maupun di luar negeri.
Dalam menerima dan menghadapi para murid dan santeri serta warga Nahdlatul Wathan, beliau tidak pernah membedakan antara yang satu dengan yang lain. Semua murid dan santeri serta warga Nahdlatul Wathan di berikan perhatian dan kasih saying yang sama besarnya, bagaikan cinta dan kasih saying seorang bapak kepada anak-anaknya.
Yang membedakan murid dan santeri di hadapan beliau adalah kadar keikhlasan dan sumbangsihnya kepada Nahdlatul Wathan. Dan, untuk membina dan memonitor kualitas kader Nahdlatul Wathan, beliau mengeluarakan wasiat dalam bahasa arab, yang Artinya :
“Dengan menyebut nama Allah dan dengan memuji-Nya semoga keselamatn tetap tercurah padamu, demikian pula rahmat Allah, keberkatan, ampunan dan ridha-Nya.
Anak-anak yang setia dan murid-muridku yang berakal.
“Sesungguhnya semulia-mulia kamu disisiku ialah yang paling banyak bermanfaat untuk perjuangan Nahdlatul Wathan dan sejahat-jahat kamu disisiku ialah yang paling banyak merugikan perjuangan Nahdlatul Wathan”.
Karena itu, kuatkanlah kesabaranmu, tetaplah bersiap siaga, berjuanglah kemudian berjuanglah di jalan Nahdlatul Wathan untuk mempertinggi citra agama dan Negara.Niscaya kamu dengan kekuasaan Allah swt. Tergolong pejuang agama, orang saleh dan mukhlish baik pada waktu sendirian maupun pada waktu bersama orang lain.
Semoga Allah membukakan pintu rahmat untuk kami dan kamu dan semoga ia menganugerahi kami dan kamu serta para simpatisan Nahdlatul Wathan masuk surga dan nikmat tambahan yang tiada taranya yaitu melihat zat-Nya dari dalam surga.
Demi
kianlah.
               
Wasiat ini dikeluarkan setelah terlihat beberapa kader dari kalangan alumni Madrasah NWDI, dan mereka yang sudah dibiayai beliau untuk melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi keluar dari garis perjuangan oraganisasi. Tidak taat pada kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh beliau. Memang dalam rangka kaderisasi beliau banyak memberikan bantuan kepada alumni NWDI jdan orang-orang lain untuk melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi dengan nawaitu khusus dan perjanjian khusus pula, yaitu untuk setia membela dan memperjuangkan cita-cita NWDI, NBDI dan NW. Alhamdulillah banyaklah diantara mereka yang benar-benar menepati janjinya dengan tulus. Sebaliknya ada juga yang khianat pada janjinya, tidak malu merobek-robek nawaitu pengirimannya. Eksistensi dan aplikasi dari wasiat ini menjadi tolok ukur kualitas dan kader ketaatan serta keihklasan kader-kader Nahdlatul Wathan.
Di samping itu, untuk mempertegas Wasiat Renungan Masa I dan II berbahasa Indonesia dalam bentuk puisi. Wasiat Renungan Masa ini berisikan nasehat, fatwa dan pedoman bagi warga Nahdlatul Wathan dalam berjuang.
Lahirnya wasitat-wasiat tersebut merupakan konsekuensi logis dari pola kepemimpinan beliau yang selalu menekankan hubungan guru dan murid. Beliau adalah figure pemimpin yang selalu menekankan agar tetap terjalin dan terpelihara hubungan antara guru dan murid. Menurut prinsip beliau bahwa tidak ada guru yang membuang murid akan tetapi kebanyakan murid yang membuang guru.
D.     Perjuangannya
Sekembali dari Tanah Suci makkah ke Tanah Air Indonesia mula-mula beliau mendirikan pesantren Al Mujahidin pada tahun 1934 M. kemudian pada tanggal 15 Jumadil Akhir 1356 H./ 22 Agustus 1937 M. beliau mendirikan Madrasah Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI). Madrasah ini khusus untuk mendidik kaum pria. Kemudian pada tanggal 15 Rabiul Akhir 1362 H/21 April 1943 M. beliau mendirikan madrasah Nahdlatul Banat diniah Islamiyah (NBDi) khusus untuk kaum wanita. Kedua madrasah ini merupakan madrasah pertama di pulau lombok yang terus berkembang dan merupakan cikal bakal dari semua madrasah yang bernaung di bawah Organisasi Nahdlatul Wathan. Dan secara khusus nama madrasah tersebut diabadikan menjadi nama Pondok Pesantren Daurun Nahdlatain Nahdlatul Wathan. Istilah "Nahdlatain" diambil dari kedua madrasah tersebut. Sekembali dari Tanah Suci makkah ke Tanah Air Indonesia mula-mula beliau mendirikan pesantren Al Mujahidin pada tahun 1934 M. kemudian pada tanggal 15 Jumadil Akhir 1356 H./ 22 Agustus 1937 M. beliau mendirikan Madrasah Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI). Madrasah ini khusus untuk mendidik kaum pria. Kemudian pada tanggal 15 Rabiul Akhir 1362 H/21 April 1943 M. beliau mendirikan madrasah Nahdlatul Banat diniah Islamiyah (NBDi) khusus untuk kaum wanita. Kedua madrasah ini merupakan madrasah pertama di pulau lombok yang terus berkembang dan merupakan cikal bakal dari semua madrasah yang bernaung di bawah Organisasi Nahdlatul Wathan. Dan secara khusus nama madrasah tersebut diabadikan menjadi nama Pondok Pesantren Daurun Nahdlatain Nahdlatul Wathan. Istilah "Nahdlatain" diambil dari kedua madrasah tersebut.

                Pada tahun 1952, madrasah-madrasah cabang NWDI-NBDI  yang didirikan oleh para alumni di berbagai daerah telah berjumlah 66 buah. Maka untuk mengkoordinir, membina dan mengembangkan madrasah-madrasah cabang tersebut beserta seluruh amal usahanya, Al Mukarram Maulanasysyaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid mendirikan Organisasi Nahdlatul Wathan yang bergerak di dalam bidang pendidikan, sosial dan dakwah islamiyah pada tanggal 15 Jumadil Akhir 1372 H./ 1 Maret 1953 M. sampai dengan tahun 1997 ini lembaga-lembaga pendidikan yang dikelola oleh Organisasi Nahdlatul Wathan telah berjumlah 747 buah dari tingkat taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi, begitu juga lembaga sosial dan dakwah islamiyahNahdlatul Wathan berkembang dengan pesat bukan hanya di NTB melainkan juga diberbagai daerah di Indonesia seperti NTT, Bali, Jawa Timur, Jawa Barat, DKI Jakarta, Riau Sulawesi, Kalimantan dan lain-lain.

                Pada zaman penjajahan, Al Mukarram Maulanasysyaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid juga menjadikan madrasah NWDI dan NBDI sebagai pusat pergerakan kemerdekaan, tempat menggembleng patriot-patriot bangsa yang siap  bertempur melawan dan mngusir penjajah. Bahkan secara khusus Al Mukarram Maulanasysyaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid bersama guru-guru Madrasah NWDI-NBDI membentuk suatu gerakan yang diberi nama "Gerakan Al Mujahidin". Gerakan Al Mujahidin ini bergabung dengan gerakan-gerakan rakyat lainnya dipulau Lombok untuk bersama-sama membela dan mempertahankan kemerdekaan dan keutuhan Bangsa Indonesia. Dan pada tanggal 7 Juli 1946. TGH. Muhammad Faizal Abdul Majid adik kandung Al Mukarram Maulanasysyaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid memimpin penyerbuan tanksi militer NICA di Selong. Dlam penyerbuan ini gugurlah TGH. Muhammad Faizal Abdul Madjid bersama dua orang santri NWDI sebagai Syuhada' sekaligus sebagai pencipta dan penghias Taman Makam Pahlawan Rinjani Selong Lombok Timur.

                Al Mukkarram Maulanasysyaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid sebagai ulama' pemimpin umat, dalam kehidupan bermasyarakt dan berbangsa telah mengemban berbagai jabatan dan menanamkan berbagai jasa pengabdian, diantaranya :
1.     Pada tahun 1934 mendirikan pesantren Al-Mujahidin
2.     Pada tahun 1937 mendirikan Madrasah NWDI
3.     Pada tahun 1943 mendirikan madrasah NBDI
4.     Pada tahun 1945 pelopor kemerdekaan RI untuk daerah Lombok
5.     Pada tahun 1946 pelopor penggempuran NICA di Selong Lombok Timur
6.     Pada tahun 1947 / 1948 menjadi Amirul Haji dari Negera Indonesia  Timur
7.     Pada tahun 1948/1949 Anggota Delegasi Negara Indonesia  Timur ke Saudi Arabia
8.     Pada tahun 1950 Konsulat NU Sunda Kecil
9.     Pada tahun 1952 Ketua Badan Penaseha Masyumi Daerah Lombok
10.   Pada tahun 1953 Mendirikan Organisasi Nahdlatul Wathan
11.   Pada tahun1953 Ketua Umum PBNW Pertama
12.   Pada tahun 1953 merestui terbentuknya parti NU dan PSII di Lombok
13.   Pada tahun 1954 merestui terbentuknya PERTI Cang  Lombok
14.   Pada tahun 1955 Anggota Konstituante RI hasil Pemilu I (1955)
15.   Pada tahun 1964 mendiriakn Akademi Paedagogik NW
16.   Pada tahun 1964 menjadi PesertKIAA (Konferensi Islam Asia Afrika) di Bandung
17.   Pada Tahun 1965 mendirikan Ma'had Darul Qu'an Wal Hadits Al Majidiyah Asy Syafi'iyah Nahdlatul Wathan
18.   Pada tahun 1972-1982 Anggota MPR RI hasil pemilu II dan III
19.   Pada tahun 1971-1982 Penasehat Majlis Ulama' Indonesia Pusat
20.   Pada tahun 1974 mendirikan Ma'had Lil Banat
21.   Pada Tahun 1975 Ketua Penasehat Bidang Syara' Rumah Sakit Islam Siti Hajar Mataram (sampai 1997)
22.   Pada tahun 1977 mendirikan Universitas Hamzanwadi
23.   Pada tahun 1977 Menjadi Rektor Universitas Hamzanwadi
24.   Pada tahun 1977 mendirikan fakultas tarbiyah universitas hamzanwadi
25.   Pada Tahun 1978 mendirikan STKIP Mamzanwadi
26.   Pada tahun 1978 mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Syari'ah Hamzanwadi
27.   Pada tahun 1982 mendirikan Yayasan Pendidikan Hamzan wadi
28.   Pada tahun 1987 mendirikan Universitas Nhdlatul Wathan mataram
29.   Pada tahun 1987 mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Hamzanwadi
30.   Pada tahun 1990 mendirikan Sekolah Tinggi Ilamu Dakwah Hamzanwadi
31.   Pada tahun 1994 mendirikan Madrasah Aliyah Keagamaan putra-putri
32.   Pada tahun 1996 mendirikan Institut Agama Islam Hamzanwadi
Oleh karena jasa-jasa beliau itulah maka pada tahun 1995 belau dianugerahi Piagam Penghargaan dan medali Pejuang Pembangunan oleh pemerintah.
Al Mukarram Maulanasysyaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid selaku ulama' pewaris para nabi, di samping menyampaikn da'wah bil hal wa bil lisan, juga tergolong penulis dan pengarang yang produktif. Bakat dan kemampuan beliau sebagai pengarang ini tumbuh dan berkembang sejak beliau masih belajar di Madrasah Shaulatiyah Makkah. Namun karena banyaknya dan padatnya kegiatan keagamaan dan keasyarakatan yang harus diisi maka peluang dan kesempatan untuk memperbanyak tulisan tampaknya sangat terbatas. Kendatipun demikian di tengah-tengah keterbatasan waktu itu, beliau masih sempat mengarang beberapa kitab, kumpulan do'a, dan lagu-lagu perjuangan dalam bahasa Arab, Indonesia dan Sasak, diantaranya Risalah Tauhid, Sullamul Hija Syarah Safinatun Naja Nahdlatuz Zainiah, At Tuhfatul Ampenaniyah, Al Fawakihun Nahdliyah, Mi'rajush Shibyan ila Sama'i Ilmil Bayan, An Nafahat 'Ala Taqriratis Saniyah, Hizib Nahdlatul Wathan, Hizib Nahdlatul Banat, Tariqat Hizib Nahdlatul Wathan, Batu Ngompal, Anak Nunggal, Taqrirat Batu Ngompal, Wasiat Renungan Masa I dan II, Ta'sis NWDI, Imamunasy Syafi'I, dan lain-lain.
Disamping itu, Almukarram Maulanasysyaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid selaku seorang mujahid selalu berupaya mengadakan inovasi dalam gerakan perjuangannya untuk meningkatkan kesejahteraan ummat demi kebahagian di dunia maupun di akhirat. Di antara inovasi / rintisa-rintisan beliau adalah menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran agama Islam di NTB dengan sistem madrasi, membuka lembaga pendidikan khusus untuk wanita, mengadakan ziarah umum Idul Fitri dan Idul Adha dengan mendatangai jamaah di samping didatangi, meyelenggarakan pengajian umum secara bebas, mengadakan gerakan do'a dengan berhizib, mengadakan syafatul kubro, menciptakan tariqat, yakni tariqat Hizib Nahdlatul Wathan, membuka sekolah umum disamping sekolah agama (madrasah), menyusun nazam berbahasa Arab bercampur bahasa Indonesia, dan lain-alin.
Sebagai seorang Ulama' mujahid beliau telah memberikan keteladanan yang terpuji. Seluruh sisi kehidupan beliau, beliau isi dengan perjuangan memajukan agama, nusa dan bangsa. Tegasnya tiada hari tanpa perjuangan. Itulah yang senantiasa terlihat dan terkesan dari seluruh sisi kehidupan beliau yang patut dicontoh dan diteladani oleh seluruh pengikut dan murid beliau.
E.     Pejuang dan Perintis Kemerdekaan
Sejak kembali dari Tanah Suci Makkah sampai akhir hayatnya Maulanasysyaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid aktif menggunakan sebagian besar waktunya untuk membangun mental spiritual masyarakat melalui madrasah, kegiatan dakwah, majlis taklim, pengajian umum di masjid-masjid dan surau-surau di berbagai kota dan desa di Pulau Lombok.

                Usia senja bagi beliau tidaklah menjadi kendala untuk tetap berjuang memajukan agama, nusa dan bangsa yang tercinta ini. Beliau tetap berjuang dan membangun sesuai dengan hajat pembangunan dan perjuangan yang terus meningkat. Itulah sebabnya beliau sering memberikan motivasi kepada murid-muridnya untuk dapat mengikuti jejak langkah perjuanga, semangat pantang menyerah, pengambdian dan dedikasi beliau yang sulit ada tandingannya itu. Tegasnya “ Tiada hari tanpa perjuangan “ itulah yang terlihat dan terkesan dalam seluruh sisi kehidupan beliau. Pantaslah kalau beliau sering mengatakan : “Usia saya telah senja, kendatipun demikian saya ingin seperti matahari yang selalu berputar dari timur ke barat, bukan hany dalam waktu 24 jam, tetapi telah berjuta-juta tahun, tanpa mengenal terlambat walau sedetikpun. Saya tidak rela kemerdekaan yang ditebus dengan lautan darah para syuhada’ itu disia-siakan tetapi harus diisi dengan pembangunan terus menerus menurut kamampuan dan keahlian masing- masing meratalah kemakmuran, keadilan, dan kebenaran di seluruh persada tanah air tercinta ini. “ Demikian jiwa dan semangat perjuangan beliau yang tidak kenal lelah, lebih-lebih dalam memperjuangkan tegaknya iman dan taqwa di persada tanah air Indonesia yang berdasarkan pancasila ini.
Dalam perjuangan membebaskan bangsa dan rakyat Indonesia dari cengkraman penjajah Belanda dan Jepang, Maulanasysyaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid menjadikan Madrasah NWDI dan NBDI sebagai pusat pergerakan kemerdekaan. Jiwa perjuangan, patriotisme, dan semangat pantang menyereh tetap beliau kobarkan di dada murid-murid, santri dan guru-guru Madrasah NWDI dan NBDI. Oleh karena itu, tidak mengherankan kalau kedua bangsa penjajah itu selalu berusaha untuk menutup dan membubarkan Madrasah NWDI dan NBDI.
Pada zaman penjajahan Jepang, Maulanasysyaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid berkali-kali dipanggil untuk segera menutup dan membubarkan kedua Madrasah tersebut dengan alasan bahwa kedua Madrasah ini digunakan sebagai tempat menyusun taktik dan strategi untuk menghadapi bangsa penjajah tersebut. Disamping dianggap sebagai wadah yang berindikasi bangsa asing karena diajarkannya Bahasa Arab di kedua Madrasah ini……………..
Kepada pemerintah Pascis Jepang beliau mengemukakan beberapa penjelasan. Diantaranya bahwa Bahasa Arab adalah bahasa Al-Quran, bahasa Islam, dan bahasa umat Islam, bahasa yang dipakai dalam melaksanakan ibadah. Ibadah umat Islam menjadi rusak kalau tidak menggunakan Bahasa Arab. Itulah sebabnya Bahasa Arab diajarkan di Madrasah NWDI dan NBDI. Di kedua madrasah ini juga dididik calon-calon “ Penghulu dan Imam “ yang sangat diperlukan untuk mengurus dan mengatur peribadatan dan perkawinan umat islam.
Setelah mendengar penjelasan beliau, segeralah pemerintah Jepang yang ada di Pulau Lombok mengirim laporan ke pihak atasannya di Singaraja Bali. Tidak lama kemudian terbitlah Surat Keputusan di Singaraja dalam bentuk kawat surat, yang berisi antara lain bahwa Madrasah NWDI dan NBDI dibenarkan untuk tetap dibuka dengan ketentuan supaya nama Madrasah tersebut diubah menjadi “ Sekolah Penghulu dan Imam”.
Kemudian setelah beberapa bulan kemerdekaan Indonesia diproklamirkan, mendaratlah tentara NICA di Pulau Lombok. NICA adalah singkatan dari Netherlands Indies Civil Administrations, yaitu Pemerintah Sipil Belanda yang bergabung dalam Angkatan Bersenjata Negara-Negara Sekutu di masa Perang Dunia II.

POTERT SYAIKH ZAINUDDIN AM LOMBOK

A. Kelahiran

'Al-Mukarram Maulana al-Syaikh Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid' dilahirkan di Kampung Bermi, Pancor, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat pada tanggal 17 Rabiul Awal 1316 Hijriah bertepatan dengan tanggal 5 Agustus 1898 MasehiGuru Mukminah atau Guru Minah) dengan seorang wanita shalihah bernama Hajjah Halimah al-Sa'diyah.[1] dari perkawinan Tuan Guru Haji Abdul Madjid (beliau lebih akrab dipanggil dengan sebutan
Nama kecil beliau adalah 'Muhammad Saggaf', nama ini dilatarbelakangi oleh suatu peristiwa yang sangat menarik untuk dicermati, yakni tiga hari sebelum beliau dilahirkan ayahanda beliau, TGH. Abdul Madjid, didatangi orang waliyullah masing-masing dari Hadramaut dan Magrabi. Kedua waliyullah itu secara kebetulan mempunyai nama yang sama, yakni "Saqqaf". Kedua waliyullah itu berpesan kepada TGH. Abdul Madjid supaya anaknya yang akan lahir itu diberi nama "Saqqaf" yang artinya "tukang memperbaiki atap". Kata "Saqqaf" di Indonesia-kan menjadi "Saggaf" dan untuk dialek bahasa Sasak menjadi "Segep". Itulah sebabnya beliau sering dipanggil dengan "Gep" oleh ibunda beliau, Hajjah Halimah al-Sa'diyah.
Setelah menunaikan ibadah haji, nama kecil beliau tersebut diganti dengan 'Haji Muhammad Zainuddin'. Nama ini pun diberikan oleh ayah beliau sendiri yang diambil dari nama seorang ulama besar yang mengajar di Masjid al-Haram. Akhlak dan kepribadian ulama besar itu sangat menarik hati sang ayah. Nama ulama besar itu adalah Syaikh Muhammad Zainuddin Serawak, dari Serawak, Malaysia.

B. Silsilah

Silsilah Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid tidak bisa diungkapkan secara jelas dan runtut, terutama silsilahnya ke atas, karena catatan dan dokumen silsilah keluarga beliau ikut hangus terbakar ketika rumahnya mengalami musibah kebakaran. Namun, menurut sejumlah kalangan bahwa asal usulnya dari keturunan orang-orang terpandang, yakni dan keturunan sultan-sultan Selaparang, sebuah kerajaan Islam yang pernah berkuasa di Pulau Lombok. Disebutkan bahwa Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid merupakan keturunan Kerajaan Selaparang yang ke-17. [2]
Pendapat ini tentu saja paralel dengan analisa yang diajukan oleh seorang antropologSwedia bernama Sven Cederroth, yang merujuk pada kegiatan ziarah yang dilakukan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid ke makam Selaparang1971, sebelum berlangsungnya kegiatan pemilihan umum (Pemilu).[3] Praktek ziarah semacam ini memang bisa dilakukan oleh masyarakat Indonesia pada umumnya, termasuk masyarakat Sasak, untuk mengidentifikasikan diri dengan leluhurnya. Disamping itu pula, Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid tidak pernah secara terbuka menyatakan penolakannya terhadap anggapan dan pernyataan-pernyataan yang selama ini beredar tentang silsilah ketununannya, yakni kaitan genetiknya dengan sultan-sultan Kerajaan Selaparang. berkebangsaan pada tah

C.  Keluarga

Maulana Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid adalah anak bungsu dari enam bersaudara. Kakak kandung beliau lima orang, yakni Siti Syarbini, Siti Cilah, Hajjah Saudah, Haji Muhammad Sabur dan Hajjah Masyitah.
Ayahandanya TGH. Abdul Madjid yang terkenal dengan penggilan "Guru Mu'minah" adalah seorang muballigh dan terkenal pemberani. Beliau pernah memimpin pertempuran melawan kaum penjajah, sedangkan ibundanya Hajjah Halimah al-Sa'diyah terkenal sangat salehah.
Sejak kecil al-Mukarram Maulana al-Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid terkenal sangat jujur dan cerdas. Karena itu tidaklah mengherankan bila ayah-bundanya memberikan perhatian istimewa dan menumpahkan kasih sayang begitu besar kepada beliau. Ketika melawat ke Tanah Suci Mekah untuk melanjutkan studi, ayah-bundanya ikut mengantar ke Tanah Suci. Ayahandanya-lah yang mencarikan guru tempat beliau belajar pertama kali di Masjid Haram dan sempat menemani beliau di Tanah Suci sampai dua kali musim haji. Sedangkan ibundanya Hajjah Halimatus Sa'diyah ikut bermukim di Tanah Suci mendampingi dan mengasuh beliau sampai ibundanya tercintanya itu berpulang ke rahmatullah tiga setengah tahun kemudian dan dimakamkan di Mu'alla Mekah.
Dengan demikian, tampak jelaslah betapa besar perhatian ayah-bundanya terhadap pendidikan beliau. Hal ini juga tercermin dari sikap ibundanya bahwa setiap kali beliau berangkat untuk menuntut ilmu, ibundanya selalu mendoakan dengan ucapan "Mudah mudahan engkau mendapat ilmu yang barakah" sambil berjabat tangan serta terus memperhatikan kepergian beliau sampai tidak terlihat lagi oleh pandangan mata. Pernah suatu ketika, beliau lupa pamit pada ibundanya. Beliau sudah jauh berjalan sampai ke pintu gerbang baru sang ibu melihatnya dan kemudian memanggil beliau untuk kembali, Gep, gep, gep (nama panggilan masa kecil beliau), koq lupa bersalaman?, ucap ibunda beliau dengan suara yang cukup keras. Akhirnya, beliau pun kembali menemui ibundanya sembari meminta maaf dan bersalaman. Lalu sang ibu mendoakan beliau. Mudah-mudahan anakku mendapatkan ilmu yang barokah. Setelah itu beliau kemudian berangkat ke sekolah. Hal ini merupakan suatu pertanda bahwa betapa besar kesadaran ibundanya akan penting dan mustajabnya doa ibu untuk sang anak sebagaimana ditegaskan dalam hadits Rasulullah SAW, bahwa doa ibu menduduki rangking kedua setelah doa Rasul.

D. Pendidikan

Pengembaraan TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid menuntut ilmu pengetahuan berawal dari pendidikan dalam keluarga, yakni dengan belajar mengaji [membaca Al-qur'an] dan berbagai ilmu agama lainnya, yang diajarkan langsung oleh ayahnya, yang dimulai sejak berusia 5 tahun.

E. Pendidikan Lokal

Setelah berusia 9 tahun, ia memasuki pendidikan formal yang disebut Sekolah Rakyat Negara, hingga tahun 1919 M. Setelah menamatkan pendidikan formalnya, beliau kemudian diserahkan oleh ayahnya untuk menuntut ilmu agama yang lebih luas dari beberapa Tuan Guru lokal, antara lain TGH. Syarafudin dan TGH. Muhammad Sa'id dari Pancor serta Tuan Guru Abdullah bin Amaq Dulaji dari desa Kelayu, Lombok Timur. Ketiga guru agama ini mengajarkan ilmu agama dengan sistem halaqah, yaitu para santri duduk bersila di atas tikar dan mendengarkan guru membaca kitab yang sedang dipelajari, kemudian masing-masing murid secara bergantian membaca.

F. Pendidikan di Mekah

Untuk lebih memperdalam ilmu agama, Muhammad Zainuddin remaja berangkat menuntut ilmu ke Mekah diantar kedua orang tuanya, tiga orang, kemenakan dan beberapa orang keluarga, termasuk pula TGH. Syarafuddin. Pada saat itu beliau berusia 15 tahun, yaitu menjelang musim Haji tahun 1341 H/1923 M. Sesampai di Tanah Suci, TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid langsung mencari rumah kontrakan di Suqullail, Mekah.

G. Belajar di Masjid al-Haram

Beberapa setelah musim Haji usai, TGH. Abd. Madjid mulai sibuk mencarikan guru buat anaknya. Sampailah pencarian TGH. Abd. Madjid pada sebuah halaqah. Syaikh yang mengajar di lingkaran tersebut bernama Syaikh Marzuki, seorang keturunan Arab kelahiran Palembang yang sudah lama mengajar mengaji di Masjid Haram, yang saat itu berusia sekitar 50 tahun. Disanalah TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid diserahkan untuk belajar.
Selain itu juga sempat belajar ilmu sastra pada ahli syair terkenal di Mekah, yakni Syaikh Muhammad Amin al-Kutbi dan pada saat itu berkenalan dengan Sayyid Muhsin Al-Palembani, seorang keturunan Arab kelahiran Palembang yang kemudian menjadi guru beliau di Madrasah al-Shaulatiyah.
Ketika ayah TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid pulang ke Lombok, ia langsung berhenti belajar mengaji pada Syaikh Marzuki, karena ia merasa tidak banyak mengalami perkembangan yang berarti dalam menuntut ilmu selama ini. Namun, ia belum sempat mencari guru, terjadi perang saudara antara kekuasaan Syarif Husein dengan golongan Wahabi.[4]

H. Belajar di Madrasah al-Shaulatiyah

Dua tahun setelah terjadinya huru hara tersebut, Muhammad Zainuddin Abdul Madjid muda berkenalan dengan seseorang yang bernama Haji Mawardi dari Jakarta. Dari perkenalannya itu ia diajak masuk belajar di madrasah al-Shaulatiyah, yang saat itu dipimpin oleh Syaikh Salim Rahmatullah. Pada hari pertama masuknya ia bertemu dengan Syaikh Hasan Muhammad al-Masysyath.
Madrasah al-Shaulatiyah adalah madrasah pertama sebagai permulaan sejarah baru dalam pendidikan di Arab Saudi. Madrasah ini sangat legendaris, gaungnya telah menggema di seluruh dunia dan telah menghasilkan banyak ulama-ulama besar dunia. TGKH. Muhammad Zainuddin masuk Madrasah al-Shaulatiyah pada tahun 1345 H (1927 M) yang waktu dipimpin (Mudir/Direktur), Syaikh Salim Rahmatullah yang merupakan cucu pendiri Madrasah al-Shaulatiyah. Sudah menjadi tradisi bahwa setiap thullab yang masuk di Madrasah Al-Shaulatiyah harus mengikuti tes masuk untuk menentukan kelas yang cocok bagi thullab. Demikian pula dengan TGKH. Muhammad Zainuddin, juga ditest terlebih dahulu. Secara kebetulan diuji langsung oleh Direktur al-Shaulatiyah sendiri, Syaikh Salim Rahmatullah dan Syaikh Hasan Muhammad al-Masysyath.
Hasil test menentukan di kelas 3. mendengar keputusan itu, TGKH. Muhammad Zainuddin minta diperkenankan masuk kelas 2 dengan alasan ingin mendalam mata pelajaran ilmu Nahwu dan Sharaf. Semula Syaikh Hasan bersikeras agar TGKH. Muhammad Zainuddin masuk kelas 3, tetapi pada akhirnya melunak dan mengabulkan permohonan untuk masuk kelas 2 dan sejak itu TGKH. Muhammad Zainuddin secara resmi masuk Madrasah al-Shaulatiyah mulai dari kelas 2. Prestasi akademiknya sangat istimewa. Beliau berhasil meraih peringkat pertama dan juara umum. Dengan kecerdasan yang luar biasa, TGKH. Muhammad Zainuddin berhasil menyelesaikan studi dalam waktu hanya 6 tahun, padahal normalnya adalah 9 tahun. Dari kelas 2, diloncatkan ke kelas 4, kemudian loncat kelas lagi dari kelas 4 ke kelas 6, kemudian pada tahun-tahun berikutnya naik kelas 7, 8 dan 9.
Sahabat sekelas TGKH. Muhammad Zainuddin bernama Syaikh Zakaria Abdullah Bila, mengakui kejeniusannya dan mengatakan: Syaikh Zainuddin itu adalah manusia ajaib di kelasku, karena kejeniusannya yang tinggi dan luar biasa dan saya sungguh menyadari hal ini. Syaikh Zainuddin adalah saudaraku, dan kawan sekelasku dan saya belum pernah mampu mengunggulinya dan saya tidak pernah menang dalam berprestasi pada waktu saya bersama-sama dalam satu kelas di Madrasah Al-Shaulatiyah Mekah.
Predikat istimewa ini disertai pula dengan perlakuan istimewa dari Madrasah Al-Shaulatiyah. Ijazahnya ditulis langsung oleh ahli khat terkenal di Mekah, yaitu Al-Khathath al-Syaikh Dawud al-Rumani atas usul dari direktur Madrasah al-Shaulatiyah. Prestasi istimewa itu memerlukan pengorbanan, ibunda yang selalu mendampingi selama belajar di Madrasah al-Shaulatiyah berpulang ke rahmatullah di Mekah. Maulana al-Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid menyelesaikan studi di Madrasah al-Shaulatiyah pada tanggal 22 Dzulhijjah 1353 H dengan predikat "mumtaz" (Summa Cumlaude).
Setelah tamat dari Madrasah al-Shaulatiyah, tidak langsung pulang ke Lombok, tetapi bermukim lagi di Mekah selama dua tahun sambil menunggu adiknya yang masih belajar, yaitu Haji Muhammad Faisal. Waktu dua tahun itu dimanfaatkan untuk belajar antara lain belajar ilmu fiqh kepada Syaikh Abdul Hamid Abdullah al-Yamani. Dengan demikian, waktu belajar yang ditempuh selama di Tanah Suci Mekah adalah 13 kali musim haji atau kurang lebih 12 tahun. Ini berarti selama di Mekah sempat mengerjakan ibadah haji sebanyak 13 kali.
Setelah selesai menuntut ilmu di Mekah dan kembali ke tanah air, TGKH. Muhammad Zainuddin langsung melakukan safari dakwah ke berbagai lokasi di pulau Lombok, sehingga dikenal secara luas oleh masyarakat. Pada waktu itu masyarakat menyebutnya 'Tuan Guru Bajang'. Semula, pada tahun 1934 mendirikan pesantren al-Mujahidin sebagai tempat pemuda-pemuda Sasak mempelajari agama dan selanjutnya pada tanggal 15 Jumadil Akhir 1356 H/22 Agustus 1937 mendirikan Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI) dan menamatkan santri (murid) pertama kali pada tahun ajaran 1940/1941.

I. Kepemimpinan

Kesuksesan perjuangan seseorang tokoh atau pemimpin banyak ditentukan oleh pola kepemimpinannya. Kearifan seorang pemimpin dalam melaksanakan tugas kepemimpinannya akan menentukan keberhasilan perjuangannya.
Perjuangan dan kepemimpinan merupakan dua hal yang saling mengkait, karena perjuangan itu akan berhasil baik, apabila pola pendekatan yang dipergunakan dalam kepemimpinan itu baik. Di samping itu, kepemimpinan yang arif dan bijaksana akan menghasilkan keberhasilan perjuangan.
Maulana al-Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dikenal sebagai ulama' besar di Indonesia karena ilmu yang dimiliki sangat luas dan mendalam. Demikian juga charisma beliau sebagai sosok figure ulama demikian besar. Beliau adalah tokoh panutan yang sangat berpengaruh karena kearifan dan kebijaksanaannya. Perjuangan dan kepemimpinan beliau senantiasa diarahkan untuk kepentingan umat. Penghargaan dan penghormatan yang diberikan kepada seseorang yang telah berjasa kepadanya terutama kepada guru-guru beliau diwujudkan dalam bentuk yang dapat memberikan manfaat kepada umat.
Sebagai contoh dapat dikemukakan bahwa penghargaaan beliau kepada mahaguru yang paling dicintai dan disayangi. Maulana Syaikh Hasan Muhammad al-Masysyathpondok pesantren Hasaniyah NW di Jenggik, Lombok Timur. Penghargaan kepada mahagurunya Maulana Syaikh Sayyid Muhammad Amin al-KutbiBonjeruk Lombok Tengah, dan penghargaan kepada Mahagurunya Maulana al-Syaikh Salim Rahmatullah beliau sudah merencanakan untuk mendirikan sebuah Pondok Pesantren di Lombok Timur. Pola kepemimpinan yang beliau contohkan di atas hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang memiliki wawasan ilmu yang dalam serta pemimpin yang memiliki kearifan dan kebijaksanaan. diwujudkan dalam bentuk diwujudkan dalam bentuk Pondok Pesantren Aminiyah NW di
Demikian pula tentang pendekatan yang beliau lakukan selalu bernilai paedagogik dalam arti mengandung nilai-nilai pendidikan. Beliau tidak mau bahkan tidak pernah bersikap sebagai pembesar yang disegani. Beliau selalu bertindak sebagai pengayom yang berada di tengah-tengah jama'ah dan senantiasa menempatkan diri sesuai dengan keberadaan dan kemampuan mereka. Demikian juga halnya di kala beliau memberikan fatwanya selalu disesuaikan dengan kondisi dan jangkauan alam pikiran murid dan santerinya.
Pembawaan dan sikap hidup beliau selalu menunjukkan kesederhanaan. Inilah yang membuat beliau selalu dekat dengan para warganya dan murid-muridnya dengan tidak mengurangi kewibawaan dan charisma yang beliau miliki. Keluhan yang disampaikan para warga dan muridnya ditampung, di dengar, dan dicarikan jalan penyelesaiannya dengan penuh kearifan dan kebijaksanaan dengan tidak merugikan salah satu pihak.
Untuk melanjutkan dan mengembangkan perjuangan Nahdlatul Wathan di masa datang, beliau sangat mendambakan munculnya kader-kader yang memiliki potensi dan militansi, serta loyalitas yang tinggi, baik dari segi semangat, wawasan, maupun bobot keilmuan. Dalam banyak kesempatan beliau sering menyampaikan keinginannya agar murid dan santri beliau memiliki ilmu pengetahuan sepuluh bahkan seratus kali lipat lebih tinggi daripada ilmu pengetahuan yang beliau miliki. Demikian motovasi yang selalu beliau kumandangkan supaya murid dan santri beliau lebih tekun dan berpacu dalam menuntut ilmu pengetahuan, baik di dalam maupun di luar negeri.
Dalam menerima dan menghadapi para murid dan santeri serta warga Nahdlatul Wathan, beliau tidak pernah membedakan antara yang satu dengan yang lain. Semua murid dan santeri serta warga Nahdlatul Wathan di berikan perhatian dan kasih saying yang sama besarnya, bagaikan cinta dan kasih saying seorang bapak kepada anak-anaknya.
Yang membedakan murid dan santeri di hadapan beliau adalah kadar keikhlasan dan sumbangsihnya kepada Nahdlatul Wathan. Dan, untuk membina dan memonitor kualitas kader Nahdlatul Wathan, beliau mengeluarakan wasiat dalam bahasa Arab, yang artinya:
Dengan menyebut nama Allah dan dengan memuji-Nya semoga keselamatn tetap tercurah padamu, demikian pula rahmat Allah, keberkatan, ampunan dan ridha-Nya.
Anak-anak yang setia dan murid-muridku yang berakal. Sesungguhnya semulia-mulia kamu disisiku ialah yang paling banyak bermanfaat untuk perjuangan Nahdlatul WathanNahdlatul Wathan. dan sejahat-jahat kamu disisiku ialah yang paling banyak merugikan perjuangan
Karena itu, kuatkanlah kesabaranmu, tetaplah bersiap siaga, berjuanglah kemudian berjuanglah di jalan Nahdlatul Wathan untuk mempertinggi citra agama dan negara. Niscaya kamu dengan kekuasaan Allah swt. Tergolong pejuang agama, orang saleh dan mukhlish baik pada waktu sendirian maupun pada waktu bersama orang lain.
Semoga Allah membukakan pintu rahmat untuk kami dan kamu dan semoga ia menganugerahi kami dan kamu serta para simpatisan Nahdlatul Wathan masuk surga dan nikmat tambahan yang tiada taranya, yaitu melihat zat-Nya dari dalam surga.
Demikianlah, wasiat ini dikeluarkan setelah terlihat beberapa kader dari kalangan alumni Madrasah NWDI, dan mereka yang sudah dibiayai beliau untuk melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi keluar dari garis perjuangan oraganisasi. Tidak taat pada kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh beliau. Memang dalam rangka kaderisasi beliau banyak memberikan bantuan kepada alumni NWDI jdan orang-orang lain untuk melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi dengan nawaitu khusus dan perjanjian khusus pula, yaitu untuk setia membela dan memperjuangkan cita-cita NWDI, NBDI dan NW. Alhamdulillah banyaklah diantara mereka yang benar-benar menepati janjinya dengan tulus. Sebaliknya ada juga yang khianat pada janjinya, tidak malu merobek-robek nawaitu pengirimannya. Eksistensi dan aplikasi dari wasiat ini menjadi tolok ukur kualitas dan kader ketaatan serta keihklasan kader-kader Nahdlatul Wathan.
Di samping itu, untuk mempertegas Wasiat Renungan Masa I dan II berbahasa Indonesia dalam bentuk puisi. Wasiat Renungan Masa ini berisikan nasehat, fatwa dan pedoman bagi warga Nahdlatul Wathan dalam berjuang.
Lahirnya wasitat-wasiat tersebut merupakan konsekuensi logis dari pola kepemimpinan beliau yang selalu menekankan hubungan guru dan murid. Beliau adalah figur pemimpin yang selalu menekankan agar tetap terjalin dan terpelihara hubungan antara guru dan murid. Menurut prinsip beliau bahwa tidak ada guru yang membuang murid akan tetapi kebanyakan murid yang membuang guru.

[sunting] Perjuangan

TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid belajar di Tanah Suci Mekah selama 13 tahun kemudian kembali ke Indonesia atas perintah dari guru beliau yang paling di kagumi, yakni Syaikh Hasan Muhammad al-Masysyath, pada tahun 1934. Setiba di Pulau Lombok beliau mendirikan Sekembali dari Tanah Suci Mekah ke Indonesia mula-mula beliau mendirikan pesantren al-Mujahidin pada tahun 1934 M. kemudian pada tanggal 15 Jumadil Akhir 1356 H/22 Agustus 1937 M. beliau mendirikan Madrasah Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI). Madrasah ini khusus untuk mendidik kaum pria. Kemudian pada tanggal 15 Rabiul Akhir 1362 H/21 April 1943 M. beliau mendirikan madrasah Nahdlatul Banat Diniah Islamiyah (NBDI) khusus untuk kaum wanita. Kedua madrasah ini merupakan madrasah pertama di Pulau Lombok yang terus berkembang dan merupakan cikal bakal dari semua madrasah yang bernaung di bawah organisasi Nahdlatul Wathan. Dan secara khusus nama madrasah tersebut diabadikan menjadi nama pondok pesantren 'Dar al-Nahdlatain Nahdlatul Wathan'. Istilah 'Nahdlatain' diambil dari kedua madrasah tersebut. Beliau aktif berdakwah keliling desa di Pulau Lombok dan mengajar.
Pada tahun 1952, madrasah-madrasah cabang NWDI-NBDI yang didirikan oleh para alumni di berbagai daerah telah berjumlah 66 buah. Maka untuk mengkoordinir, membina dan mengembangkan madrasah-madrasah cabang tersebut beserta seluruh amal usahanya, al-Mukarram Maulana al-Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid mendirikan organisasi Nahdlatul Wathan yang bergerak di dalam bidang pendidikan, sosial dan dakwah islamiyah pada tanggal 15 Jumadil Akhir 1372 H/1 Maret 1953 M. sampai dengan tahun 1997 ini lembaga-lembaga pendidikan yang dikelola oleh Organisasi Nahdlatul Wathan telah berjumlah 747 buah dari tingkat taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi, begitu juga lembaga sosial dan dakwah islamiyah Nahdlatul Wathan berkembang dengan pesat bukan hanya di NTB melainkan juga diberbagai daerah di Indonesia seperti NTT, Bali, Jawa Timur, Jawa Barat, DKI Jakarta, Riau, Sulawesi, Kalimantan, bahkan sampai ke mancanegara seperti Malaysia, Siangapura, Brunei Darussalam, dan lain sebagainya.
Pada zaman penjajahan, al-Mukarram Maulana al-Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid juga menjadikan madrasah NWDI dan NBDI sebagai pusat pergerakan kemerdekaan, tempat menggembleng patriot-patriot bangsa yang siap bertempur melawan dan mengusir penjajah. Bahkan secara khusus al-Mukarram Maulana al-Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid bersama guru-guru Madrasah NWDI-NBDI membentuk suatu gerakan yang diberi nama "Gerakan al-Mujahidin". Gerakan al-Mujahidin ini bergabung dengan gerakan-gerakan rakyat lainnya di Pulau Lombok untuk bersama-sama membela dan mempertahankan kemerdekaan dan keutuhan Bangsa Indonesia. Dan pada tanggal 7 Juli 1946, TGH. Muhammad Faizal Abdul Majid adik kandung Maulana al-Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid memimpin penyerbuan tanksi militer NICA di Selong. Namun, dalam penyerbuan ini gugurlah TGH. Muhammad Faisal Abdul Madjid bersama dua orang santri NWDI sebagai Syuhada' sekaligus sebagai pencipta dan penghias Taman Makam Pahlawan Rinjani Selong, Lombok Timur.
Al Mukkarram Maulana al-Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid sebagai ulama' pemimpin umat, dalam kehidupan bermasyarakt dan berbangsa telah mengemban berbagai jabatan dan menanamkan berbagai jasa pengabdian, diantaranya :
  • Pada tahun 1934 mendirikan pesantren al-Mujahidin
  • Pada tahun 1937 mendirikan Madrasah NWDI
  • Pada tahun 1943 mendirikan madrasah NBDI
  • Pada tahun 1945 pelopor kemerdekaan RI untuk daerah Lombok
  • Pada tahun 1946 pelopor penggempuran NICA di Selong Lombok Timur
  • Pada tahun 1947/1948 menjadi Amirul Haji dari Negara Indonesia Timur
  • Pada tahun 1948/1949 menjadi anggota Delegasi Negara Indonesia Timur ke Arab Saudi
  • Pada tahun 1950 Konsulat NU Sunda Kecil
  • Pada tahun 1952 Ketua Badan Penaseha Masyumi Daerah Lombok
  • Pada tahun 1953 mendirikan Organisasi Nahdlatul Wathan
  • Pada tahun1953 Ketua Umum PBNW Pertama
  • Pada tahun 1953 merestui terbentuknya parti NU dan PSII di Lombok
  • Pada tahun 1954 merestui terbentuknya PERTI Cang Lombok
  • Pada tahun 1955 menjadi anggota Konstituante RI hasil Pemilu I (1955)
  • Pada tahun 1964 mendiriakn Akademi Paedagogik NW
  • Pada tahun 1964 menjadi peserta KIAA (Konferensi Islam Asia Afrika) di Bandung
  • Pada Tahun 1965 mendirikan Ma'had Dar al-Qu'an wa al-Hadits al-Majidiyah Asy-Syafi'iyah Nahdlatul Wathan
  • Pada tahun 1972-1982 sebagai anggota MPR RI hasil pemilu II dan III
  • Pada tahun 1971-1982 sebagai penasehat Majlis Ulama' Indonesia (MUI) Pusat
  • Pada tahun 1974 mendirikan Ma'had li al-Banat
  • Pada Tahun 1975 Ketua Penasehat Bidang Syara' Rumah Sakit Islam Siti Hajar Mataram (sampai 1997)
  • Pada tahun 1977 mendirikan Universitas Hamzanwadi
  • Pada tahun 1977 menjadi Rektor Universitas Hamzanwadi
  • Pada tahun 1977 mendirikan Fakultas Tarbiyah Universitas Hamzanwadi
  • Pada tahun 1978 mendirikan STKIP Hamzanwadi
  • Pada tahun 1978 mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Syari'ah Hamzanwadi
  • Pada tahun 1982 mendirikan Yayasan Pendidikan Hamzanwadi
  • Pada tahun 1987 mendirikan Universitas Nahdlatul Wathan Mataram
  • Pada tahun 1987 mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Hamzanwadi
  • Pada tahun 1990 mendirikan Sekolah Tinggi Ilamu Dakwah Hamzanwadi
  • Pada tahun 1994 mendirikan Madrasah Aliyah Keagamaan putra-putri
  • Pada tahun 1996 mendirikan Institut Agama Islam Hamzanwadi
Oleh karena jasa-jasa beliau itulah, maka pada tahun 1995 belau dianugerahi Piagam Penghargaan dan medali Pejuang Pembangunan oleh pemerintah. Disamping itu, al-Mukarram Maulana al-Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid selaku seorang mujahid selalu berupaya mengadakan inovasi dalam gerakan perjuangannya untuk meningkatkan kesejahteraan ummat demi kebahagian di dunia maupun di akhirat.
Di antara inovasi/rintisa-rintisan beliau adalah menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran agama Islam di NTB dengan sistem madrasi, membuka lembaga pendidikan khusus untuk wanita, mengadakan ziarah umum Idul Fitri dan Idul Adha dengan mendatangai jamaah di samping didatangi, meyelenggarakan pengajian umum secara bebas, mengadakan gerakan doa dengan berhizib, mengadakan syafaat al-kubro, menciptakan tariqat, yakni tariqat Hizib Nahdlatul Wathan, membuka sekolah umum disamping sekolah agama (madrasah), menyusun nazam berbahasa Arab bercampur bahasa Indonesia, dan lain-alin.
Sebagai seorang Ulama' mujahid beliau telah memberikan keteladanan yang terpuji. Seluruh sisi kehidupan beliau, beliau isi dengan perjuangan memajukan agama, nusa dan bangsa. Tegasnya, tiada hari tanpa perjuangan. Itulah yang senantiasa terlihat dan terkesan dari seluruh sisi kehidupan beliau yang patut dicontoh dan diteladani oleh seluruh pengikut dan murid beliau.

J. Karya

Al-Mukarram Maulana al-Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid selaku ulama' pewaris para Nabi, di samping menyampaikn dakwah bi al-hal wa bi al-lisan, juga tergolong penulis dan pengarang yang produktif. Bakat dan kemampuan beliau sebagai pengarang ini tumbuh dan berkembang sejak beliau masih belajar di Madrasah Shaulatiyah Mekah. Namun karena banyaknya dan padatnya kegiatan keagamaan dan keasyarakatan yang harus diisi maka peluang dan kesempatan untuk memperbanyak tulisan tampaknya sangat terbatas. Kendatipun demikian di tengah-tengah keterbatasan waktu itu, beliau masih sempat mengarang beberapa kitab, kumpulan doa, dan lagu-lagu perjuangan dalam bahasa Arab, Indonesia dan Sasak.

K. Dalam bahasa Arab

  • Risalah al-Tauhid
  • Sullam al-Hija Syarah Safinah al-Naja
  • Nahdlah al-Zainiah
  • At Tuhfah al-Amfenaniyah
  • Al Fawakih al-Nahdliyah
  • Mi'raj al-Shibyan ila Sama'i Ilm al-Bayan
  • Al-Nafahat ‘ala al-Taqrirah al-Saniyah
  • Nail al-Anfal
  • Hizib Nahdlatul Wathan
  • Hizib Nahdlatul Banat
  • Tariqat Hizib Nahdlatul Wathan
  • Shalawat Nahdlatain
  • Shalawat Nahdlatul Wathan
  • Shalawat Miftah Bab Rahmah Allah
  • Shalawat al-Mab'uts Rahmah li al-‘Alamin

L. Dalam bahasa Indonesia dan Sasak

  • Batu Ngompal
  • Anak Nunggal
  • Taqrirat Batu Ngompal
  • Wasiat Renungan Masa I dan II

N. Nasyid/Lagu Perjuangan

  • Ta'sis NWDI
  • Imamuna al-Syafi'i
  • Ya Fata Sasak
  • Ahlan bi Wafid al-Zairin
  • Tanawwar
  • Mars Nahdlatul Wathan
  • Bersatulah Haluan
  • Nahdlatain
  • Pacu Gama'
  • …dan lain sebagainya.

M. Wafat

Tarikh akhir 1997 menjadi masa kelabu Nusa Tenggara Barat. Betapa tidak, hari Selasa, 21 Oktober 1997 M/20 Jumadil Akhir 1418 H, sang ulama karismatis, Tuan Guru Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, berpulang ke rahmatullah sekitar pukul 19.53 Wita di kediaman beliau di desa Pancor, Lombok Timur. Tiga warisan besar beliau tinggalkan: ribuan ulama, puluhan ribu santri, dan sekitar seribu lebih kelembagaan Nahdlatul Wathan yang tersebar di seluruh Indonesia dan mancanegara.
Pada akhirnya, perjuangan beliau dalam menegakkan syiar Islam dan pendidikan dibumi Indonesia tidak boleh terhenti begitu saja, namun harus terus di lanjutkan oleh siapa saja, baik umat muslim Indonesia secara keseluruhan dan masyarakat Sasak pada umumnya, maupun oleh kader-kader Nahdlatul Wathan yang telah di didik melalui lembaga-lembaga pendidikan Nahdlatul Wathan serta seluruh warga Nahdlatul Wathan (abituren, pencinta dan simpatisan) pada khususnya.
Wallahua'lam bi al-Shawab


Catatan Kaki

  1. ^ (id)Mohammad Noor, dkk. Visi Kebangsaan Religius: Refleksi Pemikiran dan Perjuangan TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid. Logos Wacana Ilmu. Jakarta. 2004. hlm. 123.
  2. ^ (id)Abdul Hayyi Nu'man. Maulana Syeikh Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madid, Riwayat Hidup dan Perjuangannya. PBNW. Lombok Timur. 1999. hlm. 2.
  3. ^ (en) Sven Cederroth. The Spell of Ancestors and The Power of Makka: A Sasak Community on Lombok. Acta Universitatis Gothoburgensis. Sweden. 1981. hlm. 81.
  4. ^ (id)Wahabi atau Wahabiyah merupakan suatu bagian dari firqah islamiyah yang dinisbatkan dengan nama pendirinya, Muhammad ibnu Abdul Wahhab. Lihat, Sirajuddin Abbas. I'tiqad Ahlussunnah wa al-Jama'ah. Pustaka Tarbiyah. Jakarta. 1992. hlm. 309.